city lake

city lake

Senin, 13 Juli 2015

Bagaimanakah Masa Depan Sepak Bola Indonesia


SEPAKBOLA Indonesia berada di titik krusial setelah Menpora Imam Nahrawi membekukan PSSI dan membentuk Tim Transisi. Bagaimana masa depan sepakbola Indonesia dengan hadirnya Tim Transisi? Apakah bisa menjadi lebih baik, atau justru semakin hancur?
Ada beberapa skenario seputar nasib sepakbola Tanah Air di masa mendatang. Berikut beberapa di antaranya.
1. Skenario Berlian.
Ini skenario paling ideal. Tim Transisi yang dibentuk Menpora disetujui FIFA, sanksi tidak dijatuhkan. PSSI versi La Nyalla tetap membeku dan Tim Transisi membentuk PSSI versi baru yang berisi personil yang lebih kompeten. PT Liga Indonesia memutuskan bersedia menjadi operator kompetisi di di bawah naungan PSSI versi baru. Klub akan semakin profesional dan tak akan ada lagi cerita tentang pemain  yang gajinya menunggak. Sepakbola Indonesia kembali disegani di kancah Asia Tenggara, bahkan Asia. Dan untuk pertama kali, timnas Garuda bisa berlaga di Piala Dunia.
2 Skenario Permata
Pada skenario permata ini, FIFA tidak menyetujui pembentukan Tim Transisi dan menganggapnya sebagai intervensi pemerintah. Sanksi pun dijatuhkan dan Indonesia untuk beberapa waktu akan terkucil dari sepakbola mancanegara. Imbasnya, Timnas Garuda tak bisa berlaga di Sea Games, Piala AFF, Pra Piala Dunia dan Pra Piala Asia. Peringkat Indonesia akan terjun bebas dan menempati nomor paling bontot. Pemain sepakbola Indonesia harus puas berlaga di kandang sendiri, dan tak punya akses ke dunia internasional.
Di dalam negeri, sebagian besar klub sepakbola (minus PT Liga) bersedia mengikuti kompetisi versi baru bentukan Tim Transisi dengan operator baru. Kesejahteraan pemain sepakbola terjamin karena didukung Menpora. Jika ada pemain yang tidak menerima gaji dari klub, mereka bisa mengirimkan slip gaji ke Menpora dan secepatnya akan ditalangi pemerintah, bagaimanapun caranya.
Tim Transisi berhasil membentuk PSSI versi baru yang tidak diakui FIFA. Pada akhirnya, Indonesia akan punya dua federasi sepakbola, yakni PSSI yang dipimpin La Nyalla Matalitti yang diakui FIFA namun dibekukan pemerintah, dan PSSI bentukan Tim Transisi yang direstui pemerintah namun tidak diakui FIFA.
3. Skenario Batu Akik
Pada skenario Batu Akik, FIFA menjatuhkan sanksi pada Indonesia karena intervensi pemerintah. Klub ISL kompak tetap berada di bawah naungan PSSI pimpinan La Nyalla, dan enggan bergabung di liga baru versi pemerintah. Tim Transisi mencari operator baru dan dengan dukungan sejumlah pihak, menginisiasi terbentuknya klub sepakbola baru. Klub baru ini yang berlaga di liga resmi versi pemerintah.
Di pihak lain, klub-klub ISL tetap tidak bisa melanjutkan kompetisi dan terpaksa puas bermain dalam nuansa persahabatan atau turnamen mini. Sementara klub baru bentukan pemerintah akan mengulangi sejarah klub-klub IPL: bertanding dalam nuansa sepi karena tidak diminati penonton.
Karena terkena sanksi, pemain bentukan liga pemerintah dan ISL tak bisa berlaga di pentas internasional. Sepakbola Indonesia akan menjadi hiburan rakyat, dan hanya sampai di situ. Tak ada pembinaan dan prestasi karena akses ke luar ditutup oleh FIFA.
4. Skenario Emas
Pada skenario emas, PSSI memenangkan gugatan PTUN atas Menpora. Pengadilan memerintahkan Menpora membatalkan pembekuan PSSI. Otomatis, keberadaan Tim Transisi dibubarkan. PSSI versi La Nyalla kembali pegang kendali. Kompetisi segera bergulir.
Jika kemenangan PSSI di PTUN terjadi sebelum jatuhnya sanksi FIFA, tidak ada masalah. Jika putusan pengadilan jatuh setelah Indonesia terkena sanksi, maka PSSI harus melakukan lobi intensif untuk memastikan bahwa semua baik-baik saja.
5. Skenario Zamrud
Pada skenario Zamrud, Menpora Imam Nahrawi di-reshuffle oleh Presiden Joko Widodo, karena dinilai kinerjanya buruk. Menpora yang baru membatalkan kebijakan Menpora Iman Nahrawi. PSSI pun berkiprah seperti biasa.
Sanksi FIFA menentukan
Pada sejumlah skenario, kemungkinan sanksi dari FIFA sangat menentukan. Banyak pihak yang menganggap remeh sanksi FIFA, dan lupa bahwa jika itu benar-benar terjadi, sepakbola Indonesia akan kembali ke jaman batu. Untuk jangka waktu bertahun-tahun (selama periode sanksi), sepakbola Indonesia hanya bisa berkiprah di dalam negeri. Pembinaan pemain muda akan mandek karena timnas tak bisa bertanding.
Juga, jika sanksi FIFA jatuh, itu tidak otomatis membuat PSSI pimpinan La Nyalla jatuh. Jika Indonesia disanksi FIFA, itu karena intervensi pemerintah. FIFA tetap mengakui PSSI versi La Nyalla, dan baru akan meniadakan sanksinya jika intervensi pemerintah dihentikan.
Apapun yang bakal terjadi, Menpora telah membentuk Tim Transisi. Kita berharap, Tim Transisi yang sebagian besar anggotanya tidak paham sepakbola, bisa memberikan solusi yang terbaik untuk perkembangan dunia sepakbola Tanah Air. Kita juga berharap Menpora dan Tim Transisi sudah menyiapkan langkah antisipasi jika ternyata sanksi FIFA dijatuhkan.
Karena ada personil Tim Transisi yang merupakan artis sinetron, semoga saja tidak ada yang berpikir bahwa mengurus sepakbola Indonesia itu seperti sinetron, hanya akting doang, namun hakekatnya kosong melompong....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar