Sistem Angkutan cepat, kereta bawah tanah, atau metro (bahasa
Inggris: Rapid
transit) adalah sebuah jalur rel penumpang listrik di wilayah
dalam kota dengan kapasitas dan frekuensi yang tinggi, dan pemisahan jalur dari
sistem transportasi lainnya. Sistem angkutan cepat
umumnhya ditempatkan di terowongan bawah tanah atau rel melayang yang berada di
atas tanah. Di luar wilayah perkotaan, jalur angkutan cepat mungkin dibuka di
permukaan tanah dengan jalur terpisah.
Layanan dalam sistem angkutan cepat disediakan dalam
jalur khusus antara stasiun angkutan cepat menggunakan kereta rel listrik dalam
sebuah rel,
meskipun beberapa sistem menggunakan roda karet pemandu, penggerak
magnetik, atau monorel.
Umumnya sistem ini terintegrasi dengan transportasi publik lainnya dan
seringkali dioperasikan oleh otoritas transportasi publik yang sama. Angkutan
cepat memiliki kapasitas yang lebih besar dan lebih cepat dibandingkan dengan trem atau kereta
api ringan, namun tidak secepat dan sejauh kereta api komuter. Sistem
ini masih belum terkalahkan dalam kemampuan mengangkut sejumlah besar orang
secara cepat dalam jarak yang pendek dengan sedikit tanah yang digunakan.
Variasi dari angkutan cepat meliputi penggerak manusia,
metro ringan skala kecil, dan hibrida kereta api komuter S-Bahn.
Sistem angkutan cepat pertama adalah London Underground, yang
dibuka pada tahun 1863.
Teknologi ini secara cepat menyebar pe kota lain di Eropa, dan kemudian ke
Amerika Serikat dimana sistem rel udara diaplikasikan. Saat pertama kali sistem
ini menggunakan lokomotif uap, yang
kemudian beralih menjadi sitem elektrik. Sejak saat itu pertumbuhan terbesar
terjadi di Asia dan mulai menggunakan sistem tanpa pengemudi. Lebih dari 160
telah mengaplikasikan sistem angkutan cepat, dengan total lebih dari
8.000 km (4.900 mil) rel dan 7.000 stasiun. Dua puluh lima kota sedang
melakukan pembangunan sistem ini.
Sistem metro terbesar di dunia dalam hal panjang
jalur dan jumlah stasiun adalah New York City Subway,
namun jika dilihat dari panjang seluruh jalur yang terbesar adalah London Underground dan angkutan
cepat di Shanghai. Sistem metro tersibuk
di dunia dalam hal jumlah penumpang harian dan tahunan adalah Tokyo Metro dan Metro
di Moskwa.
Sejarah
Angkutan cepat dimulai dari
jalur kereta api uap ada akhir abad ke-19. Tahun 1890 City &
South London Railway di London menjadi jalur kereta angkutan
cepat listrik pertama. Jalur kereta listrik ini kemudian digabungkan di
dalam London Underground. Teknologi ini secara cepat
menyebar ke kota lain di eropa, seperti di Budapest, Hungaria tahun
1896, dan kemudian menuju Amerika Serikat. Sejumlah sistem di atas tanah
dibangunm dimulai dengan tahun 1893 Liverpool Overhead
Railway yang secara penuh menggunakan listrik. Jalur kereta
diatas tanah di Chicago dan New York dikonversi
menjadi sistem listrik dari sebelumnya yang berupa sistem uap.
Pada tahun 1940, terdapat 19
sistem, dan pada tahun 1984, terdapat 66. Bagian ini juga meliputi kuta yang
lebih kecil seperti Oslo dan Marseille yang
memulai sistem secara ekstensif pada dekade 1960an. Pertumbuhan baru dari
sistem ini telah terkonsentrasi di Asia Tenggara dan Amerika Latin. Eropa Barat danAmerika Utara telah
memulai membangkitkan kembali jalur trem, dengan sistem kereta api
ringan yang melengkapi sistem kereta api dalam kota skala
penuh, dan sudah tidak berfokus dalam membangun angkutan cepat. Pada waktu
yang sama, pengembangan teknologi telah memungkinkan pembuatan sistem dan jalur
tanpa pengemudi. Solusi gabungan juga telah terlibat, seperti kereta api-tram dan premetro, yang terdapat di
beberapa sistem angkutan cepat.
Angkutan cepat digunakan di kota, pengembangan kota, dan wilayah
metropolitan untuk
membawa sejumlah besar orang dalam frekuensi yang tinggi. Pengembangan dari
sistem angkutan cepat sangat bervariasi di antara berbagai kota, dengan
beberapa strategi transportasi: Dalam wilayah metropolitan yang besar
menggunakan sistem bawah tanah di bagian dalam kota, atau cincin terdalam
pinggiran kota dengan kereta yang sering melakukan perhentian di stasiun.
Cincin luar dari pinggiran bisa dicapai dengan jaringan kereta api
komuter yang terpisah, dengan jarak antar stasiun yang lebih
besar yang memungkinkan kecepatan yang lebih tinggi. Kereta ini umumnya lebih
mahal dan dengan frekuensi yang lebih sedikit, dan di beberapa kota hanya
beroperasi selama waktu jam sibuk saja. Hal ini mungkin tidak dapat memenuhi
kriteria dari angkutan cepat dalam kota, dan di beberapa kasus perbedaan antara
sistem angkutan cepat dalam kota dan pinggiran kota tidak jelas. Lihat juga Variasi dan Perbandingan di bawah.
Sistem
angkutan cepat seringkali dilengkapi dengan sistem lain, seperti bus, trem atau kereta api komuter. Karena
padatnya struktur dari angkutan cepat, perjalanan
jarak pendek seringkali lebih mudah diakses dengan menggunakan trem maupun bus.
Banyak kota memilih mengoperasikan sistem trem di dalam kota dengan berfokus
pada jalur metro di sekitarnya, meskipun banyak kota memilih menutup sistem ini
pada dekade 1950 dan 1960an. Strategi lainnya yang juga umum adalah menggunakan
sistem pengumpan bus dan trem untuk memindahkan manusia di perhentian transit
san dan menggunakan sistem transit ini untuk membawa penumpang ke pusat kota
maupun ke jalur bus yang lain. Hal ini membebaskan sistem bus dalam kota untuk
menjelajahi seluruh kota menuju pusat kota.
Sistem angkutan cepat memiliki tarif tetap yang
tinggi. Sebagian besar sistem dimiliki oleh publik, olhe pemerintah lokal,
otoritas transportasi,maupun pemerintah nasional. Investasi lebih banyak
dibiayai oleh pajak, daripada dengan yang dibayar penumpang, namun harus
bersaing dengan pembiayaan perawatan jalan. Sistem ini dapat dioperasikan oleh
pemilik maupun perusahaan swasta melalui obligasi layanan publik. Pemilik
sistem ini biasanya juga memiliki sistem bus dan kereta penghubung, atau
merupakan anggota dari asosiasi transportasi lokal, yang memmungkinkan
kebebasan transfer antar moda. hampir sebagian besar sistem beroperasi dalam
kondisi defisit, membutuhkan pendapatan tarif, iklan, dan subsidi untuk
menutup biaya operasi. Rasio pemulihan tarif, sebuah rasio antara pendapatan
tiket dan biaya operasional, sering digunakan untuk memperkirakan keuntungan
operasi, yang dilakukan beberapa sistem termasuk Hong
Kong MTR
Corporation, dan Taipei yang
memiliki rasio pemulihan lebih dari 100%. namun hal ini masih mengabaikan modal awal yang
sangat besar akibat pembangunan sistem, yang sringkali disubsidi dengan pinjaman lunak dan
dimana pembayaran pinjamannya dikeluarkan dari perhitungan keuntungan, bersama
dengan pendapatan tambahan seperti dari portofolio real
estate. Beberapa metro, termasuk Hong Kong,
sering dibiayai oleh penjualan tanah sekitar yang harganya meningkat akibat
pembangunan sistem.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar